Bercerita dongeng merupakan salah satu bentuk seni yang dengannya seseorang dapat dengan mudah berkomunikasi dengan anak
Kriteria
Cerita Dongeng Anak yang Mendidik
Bukanlah
hal yang asing lagi bagi kita, bahwa cerita atau dongeng yang dibacakan
orangtua untuk anak sebagai pengantar tidur adalah praktik yang telah tersebar sejak
dahulu. Hal ini dibuktikan dengan beraneka ragamnya dongeng-dongeng tradisional
untuk anak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Dongeng anak pada
umumnya memiliki alur cerita yang ringan dan hanya berfokus pada satu kejadian.
Tokoh-tokoh yang digunakan juga sedikit, seringnya dongeng anak ini menggunakan
para hewan sebagai tokohnya atau disebut fabel, namun ada pula yang menggunakan
tokoh berupa manusia.
Bercerita
dongeng merupakan salah satu bentuk seni yang dengannya seseorang dapat dengan
mudah berkomunikasi dengan anak. Kegiatan ini diyakini menjadi momen yang
disukai anak dan sebagai salah satu cara yang efektif dalam membentuk karakter
baik anak. Ironisnya belakangan ini anak-anak lebih tertarik pada game online maupun menonton youtube daripada mendengarkan dongeng. Fenomena
ini cukup memprihatinkan, padahal jika kita tinjau lebih jauh, cerita dongeng
memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Memperkuat
ikatan antara orangtua dan anak.
2. Membantu
memberikan anak pemahaman ilmu hidup tentang yang benar dan yang salah, melalui
implikasi bukan melalui pengajaran secara langsung, harapannya akan berguna
baginya kelak.
3. Melatih
kemampuan anak mendengar.
4. Menstimulasi
daya imajinasi anak.
5. Memperkaya
kosakata anak.
6. Membantu
anak mengembangkan kreativitasnya.
7. Melatih
daya fokus anak.
8. Membantu perkembangan kepribadian dan kecerdasan anak. Perkembangan seluruh aspek kecerdasan dan kepribadian anak akan mencapai batas maksimal pada golden age, sehingga tidak akan terjadi secara berulang kali di sepanjang usia anak. Oleh karenanya pola asuh dan pola didik harus tepat agar anak dapat mengoptimalkan seluruh potensi kecerdasannya.
Sebagai orangtua semestinya selektif memilih cerita dongeng anak karena tidak semua dongeng baik untuk dikonsumsikan ke anak. Orangtua dapat memilihkan cerita dongeng untuk anak dengan beberapa kriteria yaitu sebagai berikut:
1.
Ringkas
Cerita dongeng yang dibacakan semestinya selesai dalam 10-15 menit supaya anak tidak jenuh mendengarkannya. Hal ini juga efektif agar anak mendengar ceritanya tidak nanggung karna baru dibacakannya hanya sampai di bagian tengah cerita. Orang dewasa saja kadang geregetan kalau menonton drama series yang nanggung belum sampai selesai. Iya kan? hehe๐
2.
Mudah
Dimengerti
Cerita dongeng untuk anak
hendaknya hanya dengan sekali baca saja sudah langsung bisa dimengerti. Dalam
membentuk keterampilan berbahasa anak, cerita dongeng selayaknya ditulis dengan
Bahasa yang sederhana, sopan (tidak mengandung kata-kata umpatan maupun kotor).
Di samping itu alur ceritanya semestinya sederhana pula untuk menghindari
kebingungan anak, mengingat usianya yang masih dini jika harus memahami jalan
cerita yang rumit.
Anak usia dini tentunya tidak sepantasnya mengonsumsi cerita dongeng yang mengandung unsur percintaan (adegan memadu kasih antara wanita dan pria) disebabkan faktor nalar dan logikanya belum mampu mencerna tema demikian. Cerita dongeng yang berpihak kepada pihak yang jahat/ nakal/ salah yang justru meraih kemenangan di akhir cerita juga harus dihindari, karena anak bisa saja mengira bahwa berbuat licik demi memperoleh keuntungan bukanlah masalah. Apabila orangtua membacakan cerita dongeng fantasi, pastikanlah anak memahami bahwa yang terjadi dalam alur cerita tersebut bukanlah peristiwa nyata supaya anak tidak terjadi kebingungan yah Bunda ๐
3.
Mengandung
Pesan Positif
Sebelum manusia tertidur
lelap, apa yang dikonsumsinya sering masuk ke dalam alam bawah sadar. Dimana
alam tersebut akan memandu hidupnya sampai beberapa belas tahun ke depan. Oleh
karna itu, orangtua hendak memastikan anak memperoleh pesan moral yang luhur/
peraturan/ anjuran hidup yang positif sebelum anak tidur. Diharapkan anak
menjadi ketagihan diceritakan oleh orangtuanya serta mendapat arahan untuk
menjadi orang yang mulia dalam kehidupannya.
Cerita dongeng yang mengandung sikap
kemandirian, kedisiplinan dan kegigihan untuk berprestasi tinggi dalam
kehidupan merupakan idealnya sebuah cerita yang membangun anak dalam bertumbuh.
Kandungan unsur-unsur itu akan membantu anak memaksimalkan potensi diri dan
mengembangkan kepribadiannya karena anak adalah peniru yang sangat hebat. Salah
satu contoh cerita dongeng yang membangun yaitu kelinci dan kura-kura. Dimana
cerita dongeng ini mengajarkan untuk tidak menyombongkan diri karena kelebihan
yang dimiliki. Justru alangkah lebih baik jika kelebihannya digunakan untuk
menolong bukannya merendahkan orang lain. Kemudian mengajarkan pula untuk tidak
berkecil hati jika ada orang yang merendahkan dirinya. Orangtua dapat
memotivasi dan membantunya untuk membuktikan bahwa anak bisa melakukannya
dengan baik.
Sebelum
orangtua membacakan cerita dongeng kepada anak, hendaknya orangtua membaca dulu
cerita tersebut. Dengan begitu orangtua tinggal memilih cerita dongeng yang
tepat untuk menggambarkan karakter yang ingin diajarkan. Dalam membentuk
karakter anak, setelah orangtua membacakan cerita dongeng, orangtua dapat
menyelipkan beberapa nasehat dengan catatan masih sesuai dengan isi pesan moral
dongeng tersebut.
[AWA]